Menikmati Film KAFIR: Bersekutu dengan Setan


Jangan coba menduakan pasangan. Apalagi menduakan Tuhan. 

Sayangnya, dua hal terlarang ini terjadi dalam sebuah keluarga yang terlihat 'baik-baik saja' sampai pada suatu malam mencekam, pak Herman-kepala keluarga tersebut mati mendadak secara tidak wajar. Dia terbatuk-batuk saat makan malam, pecahan kaca keluar dari mulutnya, lalu meninggal di depan istri dan anak-anaknya.

Malam itu menjadi trauma tersendiri tidak hanya bagi Dina, namun juga bagi Sri ibu mereka. Sri tidak mau lagi mendengar lagu kesukaan Bapak diputar di rumah. Sri tidak mau memasak ayam gulai lagi. Sri selalu merasa arwah bapak masih gentayangan di rumah. Menghantui mereka yang masih hidup dan menyebabkan segala hal ganjil terjadi. 



Makin hari, kondisi Sri makin tak karuan. Sosok Sri digambarkan sebagai perempuan yang membuat penonton ikut ngeri. Dia jadi tak nafsu makan, hidupnya semrawut, ketakutan, terkaget-kaget akan banyak hal tak kasat mata terutama hal aneh di atap kamarnya. Tiap malam dia selalu mengenakan daster putih. Rambutnya digerai. Dari awal kita seolah-olah digiring untuk yakin bahwa Sri adalah sosok yang bikin film ini horor. Kita menduga-duga, ada apa dengan si Sri? Ada apa dengan keluarga ini?

Film Kafir: Bersekutu dengan Setan mengajarkan bahwa kita akan menuai apa yang kita tanam. 

Sri selama berpuluh tahun menyembunyikan sebuah rahasia besar akan masa lalunya. 20 tahun silam dia menemui Jarwo, dukun di pedalaman kampung. Memohon akan suatu hal demi urusan dunianya. Sri, rupanya bersekutu dengan selain Tuhannya.  


Keganjalan cerita di film ini sebenarnya sudah mulai terasa dari awal sosok Hanum muncul. Andi, sang kakak yang tak percaya urusan Tahayul mengenalkan 'Hanum' kepada Sri dan Dina, sebagai pacarnya. Hanum, digambarkan sebagai gadis penuh kelembutan juga jago memasak. Idaman calon ibu mertua banget. Lalu, saya mulai heran. Awalnya memang Hanum diminta Andi untuk jagain si ibu. Bawa ayam gulai favorit Herman. Kehujanan lalu nginap. Ngeliatin foto si Herman dan bilang: "Pasti kalian beruntung sekali". Lama kelamaan, Hanum ini suka main ke rumah si Andi pada momen dimana sang Ibu baru saja mengalami hal mistis. Contohnya waktu Hanum bawa sup  dan pas Sri baru ketemu Jarwo. 



Hanum yang punya 'sesuatu' kentara banget pas Sri batuk-batuk sesak napas di kamar, tapi sama si Hanum dibiarin aja sampai pintu kamar Sri ketutup sendiri. Then, si Hanum bersenandung melanjutkan menyapu lantai seolah gak lihat apa-apa. What the hell? beberapa saat kemudian dia pura-pura ketuk pintu kamar si Ibu.

Dina, anak perempuan Sri yang suka akan cerita misteri berperan besar akan terbongkarnya semua rahasia. Dina curiga kalau si ibu ini diguna-guna. disantet sama orang. Beberapa bukti dia kumpulkan, termasuk menemukan sosok Jarwo. 



Jarwo, si dukun kampung itu kebanjur mati terbakar bersama rumahnya. Warga kampung nan soleh soleha bak netijen maha Suci menolak mayat si Jarwo 'Kafir' dikubur di tanah kampungnya. Mayatnya terlunta tak ada yang mengurus. Mayat Jarwo menghantui Sri. Mau menjemput si Sri ke alam barzah. Disinilah bagian yang level seremnya bikin ampun. Sri yang sudah sekuat tenaga baca ayat kursi, tiba-tiba disambung oleh suara si hantu Jarwo! Bayangin deh, kita lagi baca ayat kursi buat ngusir setan eh rupanya si setan hapal ayat kursi dan ngelanjutin bacaan kita.

Andi dan Dina yang mulai paham apa yang terjadi, berusaha menyelamatkan ibu mereka. Namun, Sri keburu dibawa lari hantu Jarwo. Dina, entah diserang oleh siapa sampai pingsan.

Hanum yang masih bersikap lembut mencoba menenangkan Andi dengan membawa Andi dan Dina yang pingsan menginap di rumahnya. Makin terbuka sesuatu yang ganjil ketika mama si Hanum bilang: "Manusia sekarang suka sombong. Kadang mereka tidak mau mengakui ada yang namanya hal-hal gaib"

Di sanalah rahasia terbongkar. Andi, pada malam yang sepi masih terbangun tanpa sengaja menemukan potret Sri, Ayahnya, dan Leila -ibu Hanum dalam sebuah foto. Andi, sadar dia telah masuk dalam perangkap.




Bagian akhir film ini bikin siapapun setuju kalau adegannya lepas dari tali film. Daripada melihat sebuah penyelesaian konflik film, bagian akhir Kafir: bersekutu dengan Setan lebih mirip sinetron harian yang pemeran antagonisnya super lebai dari intonasi suara, mimik muka, mata melotot, dan joget-joget gak jelas.

Si Leila dan Hanum, tiba-tiba disetting sebagai seorang dukun. LOL. Leila rupanya dukun. Leila bernarasi menceritakan kisah pilu cintanya karena suaminya-Herman, dibawa lari Sri. Sekilas mungkin kita akan iba. Dan berpikir kok bisa si Sri yang awalnya jahat karena sudah memelet Herman bisa digambarkan sebagai protagonis, yang menjadi korban. Dari sinilah kita belajar, kita akan menuai apa yang kita tanam. Sri, sudah kehilangan suaminya. Anak-anaknya menjadi korban. Leila juga kasihan, tapi dia malah memilih mendekatkan diri ke ilmu hitam dengan jadi dukun.

Jadi, kalau putus cinta ... larilah ke Tuhan. Bukan ke dukun. Apalagi berubah jadi dukun. 

Sebenarnya saya suka film Kafir: Bersekutu dengan Setan. Alasan utama adalah suasana film yang dibuat klasik. Sebelas dua belas dengan pengabdi setan. Kedua, saya suka sekali dengan sinematografinya. Saya bukan anak film sih, tapi cukup bisa merasakanlah mana film yang shoot nya bagus nggak annoying. Apalagi film Kafir: Bersekutu dengan Setan menyuguhkan landscape Indonesia yang cantik. 

Share:

0 komentar

Any Comment?