[Movie Review] Pengabdi Setan; Film horor yang membuat Jejeritan




Belakangan ini, perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan kemunculan film bergenre horor. Dilihat dari trailernya saja kita sudah bisa melihat kemajuan film horor Indonesia. Mulai yang bekerja sama dengan rumah produksi luar negeri dan bantuan aneka efek film. 

Salah satu film horor yang baru saja rilis 28 September 2017 lalu adalah Pengabdi Setan arahan Joko Anwar. Film ini jugalah yang menjadi pilihan saya untuk mencoba merasakan sensasi nonton film horor Indonesia di bioskop. Daaaan beneran bikin capek. Saya ingat nonton the conjuring 2 yang ada valaknya itu di bioskop. Well, waktu itu saya nontonnya biasa saja dan cuma merasa seperti dikaget-kageti. Lain dengan ketika saya menonton pengabdi setan. Alam bawah sadar saya sebagai orang Indonesia yang takut dengan sejenis hantu-hantu lokal membuat perasaan takut muncul lebih tinggi ketika nonton pengabdi setan. Saya jejeritan dan kebanyakan tutup mata. Saya capek dan kelewatan banyak momen, HAHAHA. 

Tapi memang saya akui pengabdi setan menyuguhkan paket film lengkap yang bikin saya kagum dengan perkembangan film Indonesia.

***

Bagaimana jadinya jika orang tua kita, ibu, menderita sakit aneh selama lebih dari tiga tahun. Penuh misteri, mengundang tanya. Menghabiskan tidak hanya uang untuk pengobatan, tapi juga mengkikis tubuh sang ibu menjadi begitu memprihatinkan. Bahkan sampai dianggap 'ngeri' oleh anaknya sendiri.

Begitulah kisah 'pengabdi setan' ini dimulai. 

Sang ibu yang dulunya seorang penyanyi terkenal harus terbaring sakit selama tiga tahun lebih. Hanya lonceng lah yang menjadi alat komunikasi antara dia dan keluarganya. Empat orang anak; Ririn, Tony, Bondi, Ian. Sang suami, dan ibu mertuanya.




Ketika lonceng berbunyi, suasana seram mulai mengisi studio yang lengang siang itu. Benar memang jika lonceng menjadi ikon paling menonjol dalam film garapan Joko Anwar ini. Teror suara lonceng mulai muncul setelah sang ibu meninggal dunia. Setiap kali suara lonceng terdengar, saat itulah pertanda bahwa sang ibu kembali. Tidak hanya kembali, rupanya sang ibu berniat untuk menjemput keluarganya. Rangkaian kejadian aneh yang mulai terjadi di rumah menyadarkan anak-anaknya untuk membongkar rahasia besar ibu.

 ****

Film reboot ini berhasil menyuguhkan suasana 'haunted' lewat arsitektur rumah yang mana lokasinya diambil di daerah Jawa Barat. Rumah yang menjadi salah satu ikon dan dishoot berkali-kali ala film horror internasional ini bergaya vintage. Dinding yang dipasangi wallpaper, lukisan, tempat tidurnya, lampu remang-remang, dan detail lainnya yang juga disetting seperti tahun 80an. Maklum, katanya bangunan yang digunakan adalah bekas masa jajahan Belanda.

Dalam pengabdi setan (2017) Penampilan apik ditunjukkan oleh seluruh pemain yang terlibat didalamnya. Acting si bungsu Ian dan Bondi boleh diacungi jempol.

Walau masih ada karakter yang perannya jadi terasa nonsense dan awkward karena memang tidak digamblangkan jelas dalam cerita. Seperti Ririn yang diperankan oleh Tara Basro. Agak aneh waktu tahu kalau si Ririn ini adalah seorang mahasiswi usia 20 tahun. Sedangkan perawakan Tara Basro jauh terlihat lebih dewasa. Untuk acting, jangan diragukan lagi. Tara memang juara!

Ada juga peran nenek yang tidak terlalu banyak dieksplore padahal sebenarnya sang nenek punya andil besar mengenai kisah dibalik rahasia besar sang ibu. Kemudian ada peran orang pintar alias dukun yang gemar menulis mengenai praktik sekte. Tiba-tiba datang didetik akhir, padahal saya mengira terjadi apa-apa padanya ketika seorang tiba-tiba mengetuk pintu rumahnnya. 

Dan jangan lupakan si pak ustad dan anaknya 'Hendra'. Film ini seolah ingin mengajarkan bahwa manusia memang lebih menyeramkan ketimbang hantu. Ingat adegan sewaktu hal buruk terjadi kepada Hendra, pak ustad ini seakan mulai kehilangan jati dirinya sebagai orang yang paham betul soal agama. Alih-alih menjadi savior, ketika ada yang secara misterius menarik tangan Ririn melalui jendela,  pak ustad ini hanya melirik dari pintu. It was sooooo creepy. Anehnya lagi, pak ustad ini malah ikut-ikutan stay di rumah keluarga Ririn di malam teror. Dia seolah dijadikan semacam pemanis adegan. 

Saya suka bagaimana pengabdi setan ingin memberikan nilai-nilai kehidupan sederhana. Dimulai dari bagaimana seharusnya kita tidak meninggalkan ajaran agama apalagi hingga menggadaikan keimanan kita. Hal kecil tentang kekeluargaan juga diangkat lewat film ini. 

Thumbs up!









Tags:

Share:

1 komentar

  1. Thanks for info, jangan lupa kunnjungi website kami https://bit.ly/2QSyljA

    ReplyDelete

Any Comment?