Bukan Cinta Pertama
Setiap kali selesai menonton film Flipped, saya akan kembali menerobos ruang waktu ke masa kecil saya. Masa dimana saya bertemu dengan seorang anak laki-laki tampan yang memiliki mata indah seperti milik Bryce, Khalil namanya.
Khalil adalah murid baru di kelas kami. Anaknya tak banyak bicara. Khalil suka sekali duduk di bawah pohon beringin di depan ruang kelas dua.Tidak sendirian, tapi dengan Indiana. Banyak yang bilang Indiana naksir Khalil. Tapi, Indiana, si cewek yang terkenal kemayu itu mengaku masih ada hubungan saudara dengan Khalil. Anehnya tradisi di kampung kami, semakin dia berkoar untuk berkilah maka frekuensi ejekannya akan semakin sering.
Kedua bola mata Khalil berbinar walau dia tampak selalu diam. Rambutnya sedikit ikal dan kulitnya seputih susu. Lebih dari itu, saya akhirnya sadar bahwa yang membuat saya selalu memandang dia di kelas adalah karena dia anak laki-laki tampan yang pintar.
Di kelas, Khalil duduk tepat di depan bangku saya. Dia sebangku dengan Sira. Sira adalah sahabat saya. Saat itu, belum banyak yang sadar kepintaran Khalil. Tapi tidak dengan saya, Sira, dan Afin. Saya dan Sira suka usil ke Khalil. Kami sering mencontek PR Khalil. kadang pura-pura tidak paham supaya bisa dengar suara Khalil yang tegas menjelaskan materi. Padahal sih aslinya gampang banget.
Masa kecil selalu jadi masa yang cepat sekali berlalu. Suatu hari di musim penghujan, Khalil datang ke kelas. Melemparkan sekantung cokelat ke atas meja saya lalu duduk.
"Seminggu nggak masuk kamu kemana aja?" Tanya saya ke Khalil.
"Di rumah" Jawabnya super cuek.
Beberapa jam kemudian, belum lagi terdengar lonceng istirahat pertama, seorang bapak mengetuk pintu kelas kami.
"Khalil?" Suaranya setengah bertanya diringi matanya yang menyapu ruangan.
Khalil seketika berdiri mendengar namanya dipanggil. Seluruh orang di kelas terdiam termasuk Bu Ida yang seingat say saat itu sedang memberikan kami latihan soal Bahasa Indonesia.
"Permisi, bu. Pamit jemput Khalil" Kata bapak itu masih di pintu.
Khalil membereskan buku-bukunya, memasukannya kedalam tas, dan menjinjingnya. Sebelum melangkah Khalil menoleh ke meja saya, melambaikan tangannya dan berbisik "Daa daa..." Lalu berjalan menghampiri bapaknya setelah mencium tangan Bu Ida.
Anak-anak kelas berbisik riuh. Begitupun saya yang menuntut penjelasan. Sira tak tau apa-apa. Hari itu, hari terakhir saya melihat mata indah Khalil.
Kedua bola mata Khalil berbinar walau dia tampak selalu diam. Rambutnya sedikit ikal dan kulitnya seputih susu. Lebih dari itu, saya akhirnya sadar bahwa yang membuat saya selalu memandang dia di kelas adalah karena dia anak laki-laki tampan yang pintar.
Di kelas, Khalil duduk tepat di depan bangku saya. Dia sebangku dengan Sira. Sira adalah sahabat saya. Saat itu, belum banyak yang sadar kepintaran Khalil. Tapi tidak dengan saya, Sira, dan Afin. Saya dan Sira suka usil ke Khalil. Kami sering mencontek PR Khalil. kadang pura-pura tidak paham supaya bisa dengar suara Khalil yang tegas menjelaskan materi. Padahal sih aslinya gampang banget.
Masa kecil selalu jadi masa yang cepat sekali berlalu. Suatu hari di musim penghujan, Khalil datang ke kelas. Melemparkan sekantung cokelat ke atas meja saya lalu duduk.
"Seminggu nggak masuk kamu kemana aja?" Tanya saya ke Khalil.
"Di rumah" Jawabnya super cuek.
Beberapa jam kemudian, belum lagi terdengar lonceng istirahat pertama, seorang bapak mengetuk pintu kelas kami.
"Khalil?" Suaranya setengah bertanya diringi matanya yang menyapu ruangan.
Khalil seketika berdiri mendengar namanya dipanggil. Seluruh orang di kelas terdiam termasuk Bu Ida yang seingat say saat itu sedang memberikan kami latihan soal Bahasa Indonesia.
"Permisi, bu. Pamit jemput Khalil" Kata bapak itu masih di pintu.
Khalil membereskan buku-bukunya, memasukannya kedalam tas, dan menjinjingnya. Sebelum melangkah Khalil menoleh ke meja saya, melambaikan tangannya dan berbisik "Daa daa..." Lalu berjalan menghampiri bapaknya setelah mencium tangan Bu Ida.
Anak-anak kelas berbisik riuh. Begitupun saya yang menuntut penjelasan. Sira tak tau apa-apa. Hari itu, hari terakhir saya melihat mata indah Khalil.
Tags:
Ceceran Cerita
2 komentar
Berasa lagi nonton drama deh hihi.... ^_^
ReplyDeletePokonya...seneng akhirnya bisa baca tulisannya lagi.
Kadang aku suka iseng nengok kesini, eh.... gak ada tulisan apapun hiks..
ditunggu update berikutnya, jangan lama-lama ya ^_^
Hihi Ya ampuun makasih sudahh berkunjung. Bikin kangen masa jaya blog dan blogwalkingan :(
DeleteAny Comment?