Seseorang berpendapat
menulis identik dengan femininity. Saya tak yakin betul apakah menulis dapat
dan selalu diidentikkan dengan femininity atau yang umum disebut dengan sesuatu
yang terlihat ‘cewek banget’. Bagi saya agak rancu menentukan manakah hal-hal
yang terkesan masculine? Atau mana
yang feminine?
Seperti ketika harus
menentukan advising, ordering, dan protesting masuk kategori feminine
atau masculine, nyaris seluruh
mahasiswa di kelas mata kuliah intercultural communication memasukkan ketiganya ke kategori
Feminine. Salah? Yah kalau dipikir-pikir sih tidak juga. Kalaupun salah, saya
belum sempat baca teori yang menyatakan ketiganya sesuatu yang pasti masculine.
Hal semacam itu biasanya efek stereotype. Ada dari masing-masing kita yang
sudah keburu berpikir ‘yang senang memberi saran itu cewek’, karena cewek suka
curhat dan biasanya pemberi saran terbaik adalah cewek. Jadi yaa kalau ada
argument advising itu cewek banget,
mungkin aja bener. Cewek suka memerintah? Cewek suka protes? Well, mungkin efek
keseringan nonton FTV yang rata-rata ada pemeran ceweknya suka teriak-teriak
sama pacarnya, nyuruh ini itu, marah nggak jelas, makanya memasukkan ordering sama protesting ke kategori feminine. Mungkin.
Lalu mengenai apakah
menulis identik dengan femininity, pendapat saya adalah tidak juga. Menulis itu
bukan sesuatu yang ‘cewek banget’. Kalau kita perhatikan, banyak penulis buku
best seller dan terkenal adalah pria. Sebut saja J.R.R Tolkien, Shakespeare,
Dan Brown, Paulo Coelho, Jeff Kinney, atau yang dari Indonesia seperti
Pramoedya Ananta Toer, Tere Liye, Aan Mansyur, sampai penulis blog terkenal
Raditya Dika, Bena Kribo dan Dara Prayoga. Mereka adalah pria yang selalu
dipenuhi kata-kata dan menuangkannya dengan indah dalam sebuah tulisan. Masih
berpikir menulis itu identik dengan femininity?
Penulis-penulis blog
yang tulisannya seputar curhatan harian, galau-galau, putus cinta, dan
kebanyakan ngelucunya juga ditulis oleh pria. Malah blogger seperti Raditya
dika dan Bena Kribo yang ngaku absurd bisa menginspirasi pria-pria lain untuk
nulis!. Ada pula teman saya, Ia
pria yang suka menulis dan tulisannya bisa membuat saya meleleh kalau membaca
bagian embun dan fiksi atau tersindir
lewat tulisannya yang penuh kritik. Dia – Aziz namanya.
Hal itu membuat saya
berpendapat kalau menulis bukan sesuatu yang cewek banget kok. Menulis itu untuk sharing dan sebagai pengembangan pikiran. Saya menikmati proses menulis
seperti ini, dan saya pun menikmati setiap tulisan para pria.
Wrote by hielya